Pandemi Bukan Dalih Untuk Memutus Silaturahmi
Suasana setelah lebaran tahun ini sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya. suasana yang hening seperti hari biasa seakan–akan tidak terjadi peritiwa besar yang selalu dinanti-nanti oleh umat muslim. Hal tersebut biasanya menjadi momen besar untuk menyambung tali silaturahmi, bermaaf-maafan, menghilangkan rasa dendam benci dan penyakit hati setelah berlangsungnya peristiwa ibadah Ramadhan. Hadis Nabi Muhammad saw. dalam Kitab Sahih Bukhari dan Sahih muslim dari Abu Ayyub al-Anshari menjelaskan bahwa:
أَنَّ رَجُلًا قَالَ : يَا رَسُوْل اللهِ أَخْبِرْنِيْ بِمَا يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ وَيُبَاعِدُنِيْ مِنَ النَّارِ فَقَالَ النَّبِيُّ : لَقَدْ وُفِّقَ اَوْ قَالَ لَقَدْ هُدِيَ كَيْفَ قُلْتَ ؟ فَأَعَادَ الرَّجُلُ فَقَالَ النَّبِيُّ : تَعْبُدُ اللهَ لَا تُشْرِكْ بِهِ شَيْئًا وَ تُقِيْمُ الصَّلَاةَ وَ تُؤْتِي الزَّكَاةَ وَ تَصِلُ ذَا رَحِمِكَ فَلَمَّا أَدْبَرَ قَالَ النَّبِيُّ : إنْ تَمَسَّكَ بِمَا أَمَرْتُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Bahwasanya ada seseorang berkata kepada Nabi saw.: “Wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku tentang sesuatu yang bisa memasukkan aku ke dalam surga dan menjauhkanku dari neraka,” maka Nabi saw. bersabda: “Sungguh dia telah diberi taufik,” atau “Sungguh telah diberi hidayah, apa tadi yang engkau katakan?” Lalu orang itupun mengulangi perkataannya. Setelah itu Nabi saw. bersabda: “Engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu pun, menegakkan shalat, membayar zakat, dan engkau menyambung silaturahmi”. Setelah orang itu pergi, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika dia melaksanakan apa yang aku perintahkan tadi, pastilah dia masuk surga”.
Istilah silaturahmi dalam Islam adalah berbuat baik terhadap kerabat yang memiliki hubungan nasab (keturunan). Bukan berarti hubungan terhadap bukan kerabat tidak boleh di jaga. Dalam budaya Indonesia silaturahmi biasanya dilakukan setelah pelaksanaan hari besar Idul fitri dengan mengunjungi tetangga dekat hingga tetangga jauh, rekan kerja, saudara, keluarga dekat maupun jauh. akan tetapi, kali ini, budaya tersebut tidak bisa dilakukan secara fisik, sebuah pandemi covid-19 yang sangat menakutkan memaksa kita untuk tidak keluar rumah.
Akibatnya, silaturahmi pun kali ini seperti tidak bisa lagi dirasakan, ditambah lagi budaya Indonesia saat suasana lebaran yaitu keluarga keluarga jauh yang hidup di perantauan untuk mencari penghasilan maupun yang pencari ilmu kembali berkumpul dan bersuka cita kini tidak dapat kembali ke kediaman semula. Kita tidak bisa memaksa untuk melakukan kegiatan yang telah membudaya ini, pemerintah telah menetapkan kebijakan Physical distancing, larangan mudik, PSBB dan lain–lain.
Tapi, bukan saatnya kita untuk menyerah dengan keadaan, bukan berarti silaturahmi tidak bisa dilakukan, bukan berarti rindu yang menggebu-gebu kepada keluarga tidak bisa di curahkan. Saat ini telah terjadi perkembangan zaman dari sebuah istilah Revolusi industri 3.0, dan sekarang telah berganti dengan Revolusi industri 4.0. Lantas bagaimana Era 4.0, yang mana di Era ini terdapat banyak inovasi-inovasi terbaru yang tidak di temukan sebelumnya.
Hal yang mencolok dari Era 4.0 yaitu adanya INTERNET OF THINGS. Namun. apakah Era 4.0 ini dapat digunakan untuk melaksakan Perintah Nabi saw. sebagaimana di tulis di atas, bagaimana penerapannya perintah ini yang telah membudaya di kalangan masyarakat kita
Dilansir dari laman [Binus University] salah satu hal terbesar dari inovasi terbaru di Era 4.0 adalah IoT (internet of things) yang memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan perangkat, mesin, sensor, dan manusia menggunakan internet. contoh dari inovasi internet og things yaitu komunikasi, sebelumnya komunikasi dengan dengan orang lain yang berada di wilayah tempat yang berbeda hanya menggunakan surat saja, dan itu pun memerlukan waktu yang sangat lama agar pesan teresebut dapat sampai kepada penerima. berkembangnya industri di bidang Teknologi Informasi kemudian komukasi dapat dilakukan secara online dengan surel bahkan sekarang komunikasi jarak jauh dapat dilakukan oleh perangkat mesin seperti Handphone, komputer atau laptop dengan bertatap langsung di layar perangkat atau hanya salling bercakap degan suara saja.
Arus Globalilasi Era 4.0 kini telah memasuki Indonesia, penerapan internet of things sekarang dapat kita terapkan untuk menjalin silaturahmi, membina kembali hubungan keluarga, pertemanan, yang sempat rusak. Dengan aplikasi pendukung seperti WhatsApp, instagram, zoom dan via aplikasi lainnya kita bisa menggunakan cara Video Call untuk berkomunikasi dengan kerabat keluarga dan saudara. kita mengaku beriman kepada Allah swt. tapi enggan untung mengencangkan kembali tali sillaturahmi yang sempat renggang. barangkali ada yang sempat bersitegang dengan rekan kerja, mungkin yang masih berumusuhan dengan saudara sendiri.
Sekarang ummat manusia sedang berada di zaman yang sangat mudah untuk kembali berkomunikasi. Zaman sudah menyediakan sesuatu yang dapat kita gunakan untuk mengencangkan silaturahmi. Balasan bagi yang tidak memelihara silaturahmi tidaklah ringan. Rasulullah saw. bersabda:
“Tidak ada satu dosa yang lebih pantas untuk disegerakan hukuman bagi pelakunya di dunia bersamaan dengan hukuman yang Allâh siapkan baginya di akhirat daripada baghyu (kezhaliman dan berbuat buruk kepada orang lain) dan memutuskan kerabat” ( HR. Bukhari, Tirmidzi, Abu Dawud, al-Hakim, dan lainnya ).
Dalam pandangan sosial, diketahui bahwa manusia tidak bisa hidup dengan individu, karena manusia mempunyai dorongan untung berinteraksi dengan manusia lain (sosical need). Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai arti menusia membutuhkan orang lain dan lingkungan sosialnya sebagai sarana untuk bersosialisasi. Akan susah manusia jika tidak dapat hidup dalam lingkungan sosial.
Kembali kepada diri masing-masing sejauh mana kita telah menerapkan perintah Allah swt. dan Rasul-Nya, manusia untuk tetap menjaga silaturahmi. Bukan hanya dalam suasana lebaran tetapi di setiap detik kehidupan selagi nafas berhembus dan darah jantung masih memompa darah, mumpung masih suasana lebran dan telah menjadi budaya indonesia untuk bermaaf-maafan. Melihat kembali barangkali masih ada perbuatan atau perkataan yang dulu sengaja ataupun tidak sengaja menyinggung perasaan khususnya kerabat satu nasab dengan kita. Hal tersebut sesuai dengan Q.S. Muhammad (47): 22 -23
“ Maka apakah sekiranya kamu berkuasa, kamu akan berbuat kerusakan di bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan ? Mereka itulah orang-orang yang dikutuk Allah; lalu dibuat tuli (pendengarannya) dan dibutakan penglihatannya.”
Maksud tuli pendengaran yaitu tuli dari perkara yang hak, dan buta yaitu buta dari jalan petunjuk. Penjelasan tersebut dilakukan oleh Jalaludin al-Suyuthi dan Jalaludin al Mahalli dalam Tafsirnya Jalalayn. (AS/MAS)
Ahmad Saifullah
Mahasiswa Prodi Ilmu Hadis angkatan 2019