Nilai Keislaman di Negeri Sakura

Dua hari yang lalu umat Islam memperingati awal tahun baru hijriyah. Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sejak 14 abad yang lalu telah berkembang pesat di muka bumi ini. Jumlah penduduk di bumi sebanyak kurang lebih tujuh miliyar dengan penelitian pada tahun 2015 menunjukkan bahwa jumlah muslim di dunia sebanyak 24% (1,8 miliyar) yang menjadikannya agama dengan penganut terbanyak kedua di dunia. Di beberapa negara, agama Islam masih menjadi minoritas dengan pemeluknya yang kebanyakan merupakan warga pendatang. Hal tersebut tidak menjadikan Islam surut akan pertambahan populasi karena ada nilai-nilai yang menjadikan Islam semakin menarik perhatian para non-muslim untuk mempelajarinya.
Dalam ajaran agama Islam yang disampaikan oleh Nabi Muhammad, beliau memerintahkan umat Islam untuk terus belajar dan meraih ilmu. Perkembangan teknologi pada zaman ini yang semakin pesat merupakan sebuah inovasi dan implementasi dari ilmu yang dipelajari oleh manusia. Islam sangat menjunjung tinggi muslim yang berilmu dan disebutkan pula bahwa menuntut ilmu adalah bagian dari jihad atau berjuang di jalan Allah. Kiblat ilmu pengetahuan saat ini berkiblat ke barat, ke benua biru (Eropa) dan Amerika. Di negara-negara kawasan tersebut populasi muslim semakin tahun semakin meningkat baik itu dari umat Islam pendatang maupun native (penduduk asli).
Perkembangan dan inovasi teknologi tak hanya dipegang oleh Barat. Jepang merupakan salah satu negara di benua Asia yang juga memiliki kemajuan teknologi yang sangat tinggi. Di samping kemajuan teknologinya, negeri sakura yang merupakan negeri minoritas muslim ini ternyata banyak sekali menyimpan dan mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam. Islam yang sangat menghargai umatnya yang berilmu sangat diterapkan di negara ini. Bukti nyata dari hal tersebut adalah saat kota Nagasaki dan Hiroshima dibom oleh Amerika Serikat tetapi kaisar Jepang yang menjabat saat itu hanya menanyakan berapa jumlah guru yang tersisa dalam artian masih hidup. Ini artinya pemerintah Jepang sangat peduli dengan guru yang merupakan seseorang yang mengajarkan ilmu untuk warga-warganya.
Penerapan nilai-nilai keislaman lainnya di negeri sakura ini terlihat pada kondisi di setiap areanya yang dapat saya lihat sendiri baik itu di ruang publik seperti stasiun kereta maupun perumahan pribadi warga. Masyarakat Jepang sangat menjunjung tinggi kebersihan dan keindahan, sebagaimana hal tersebut merupakan sesuatu yang wajib ada pada diri umat Islam karena Allahu jamiil wa yuhibbu jamaal (Allah itu indah dan menyukai keindahan). Islam yang masih minoritas sedikit demi sedikit semakin berkembang di negeri sakura ini yang perkembangannya tak lain adalah karena campur tangan umat Islam pendatang di negeri tersebut. Peranan mereka dalam mengenalkan Islam pada masyarakat Jepang diterima dengan sangat baik.
Pada dasarnya Jepang merupakan negeri yang ramah, menghargai sesama dan menerima setiap pendatang dengan tangan terbuka. Ini menjadikan nilai-nilai keislaman yang tumbuh menjadi semakin lekat dengan kehidupan masyarakatnya. Islam semakin diterima dengan baik di negeri ini. Di kota-kota besar seperti di Tokyo tak sulit untuk menemukan masjid sebagai tempat ibadah, pusat kajian dan pengembangan Islam. Di negeri sakura ini, banyak hal yang dapat diambil untuk diterapkan di negeri kita, Indonesia. Indonesia yang merupakan negara dengan mayoritas muslim dapat belajar dari Jepang yang merupakan minoritas tentang bagaimana mengamalkan nilai-nilai keislaman lebih jauh. (Amal Hayati)