Hizib Anti Hoax: Klarifikasi Sumber Berita Palsu

Pada hari Senin 11 Maret 2019, LSQH UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mengadakan bedah buku yang berjudul, “ SARING SEBELUM SHARING “ karya Prof. Nadirsyah Hosen, LLM, M,A, Ph.D yang diterbitkan oleh Bentang. Kegiatan ini diadakan di Convention Hall UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dengan pembedah Dr. Ali Imron S.Th.I., M.Si ( Dosen UIN Sunan Kalijaga ), dan Dr. Fadli Lukman, MA ( Dosen UIN Sunan Kalijaga ). Peserta dalam bedah buku ini berjumlah lebih kurang 500 peserta, yang kebanyakan dari kalangan mahasiswa dari berbagai universitas di Yogyakarta.

Dalam bedah buku ini Bapak Dr. Ali Imron menyampaikan gagasan tentang “ Hizib Anti Hoax “, yang dimaksud beliau adalah bagaimana perilaku masyarakat dalam mendeteksi sebuah berita. Perilaku masyarakat dalam menyikapi hoax ada yang langsung menerimnya lalu menyebarkannya, dan ada yang mencari sumber berita terlebih dahulu. Alasan mereka meneruskan berita hoax adalah berita tersebut dari orang yang terpercaya. Prof. Nadirsyah Hosen, LLM, M,A, Ph.D berkata, “ orang orang yang kelihatan bagus dan alim malah aktif dalam menyebarkan hoax “. Karena dalam masyarakat sekarang ini banyak yang salah logika. Bapak Dr. Ali Imron berkata,“ Ada argumen two and presenten yaitu kekeliuran dimana kebenaran ditentukan bukan dari otoritasnya sendiri, bukan dari otonom tidak suatu kebenaran itu sendiri, tetapi digantungkan kepada siapa yang bicara dan menyatakannya, hal itulah yang banyak terjadi pada masyarakat kampung sekarang ini”.

Pada suatu kasus Bapak Ali imron digugat oleh mantan pengurus HTI tentang hasil Munas NU, mantan pengurus HTI menyakini bahwasannya NU mengganti kafir dengan nonmuslim. Beliau berargumen seperti itu karena medapatkan rekaman ceramah yang disampaikan oleh Prof. Zahro, yang mengkritik hasil ba’tsul masa’il kemarin. Yang menjadi pertanyaannya sekarang, apa pasti yang dikatakan Prof. Zahro itu benar?. Setelah ditelusuri, ternyata beliau tidak hadir dalam acara munas tersebut dan mendapatkan berita itu dari sumber-sumber yang tidak jelas darimana datangnya.

Dan dalam kegiatan ini Bapak Ali Imron juga menyampaikan yang paling banyak menyebarkan hoax adalah sosial media, kemudian situs web, media cetak dengan presentase 5% dan paling yang sedikit adalah radio, karena pada zaman sekarang jarang yang menggunakan radio. Untuk mengetahui suatu kebenaran dalam berita bisa melalui gambar bisa menggunakan google picture, yandex, bing. Caranya klik dublicaker kemudian upload, klik similar image, nanti akan muncul hasilnya seperti apa, lalu klik google kemudian bing social dex, cek image yang dimaksud maka akan keluar hasilnya. Contoh hoax vaksin hanya sebuah konspirasi pemerintah Amerika Serikat untuk menguasai dunia kedokteran melalui zat-zat kimia berbahaya, dikutip oleh seorang american muslim. Setelah ditelusuri google image melalui yandex ternyata yang berkata itu adalah seorang bintang film porno, ini muncul dari kelompok yang pro vaksin. Kemudian bisa dicek melalui photo kohersip, dan ada lagi aplikasi yang bisa memalsukan chat yaitu aplikasi fake chat conversation. Banyak cara cara untuk mengecek sebuah berita, oleh karena itu jangan mudah percaya terhadap suatu berita, klarifikasi terlebih dahulu berita tersebut, jika memang benar maka sebarkanlah. (Hani)