Bedah Buku “Saring Sebelum Sharing”: Pencegahan Konkret terhadap Hoaks

Narsum Dr. Ali Imron sedang memberikan Hizb anti Hoax
LSQH bekerjasama dengan Prodi Ilmu Hadis (ILHA) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menngelar bedah buku yang terkini dari Prof. Nadirsyah Hosen, LLM, M,A, Ph.D yang diterbitkan oleh Bentang. Kegiatan ini dilakukan pada hari Senin 11 Maret 2019 dengan pembedah Dr. Ali Imron, MSI dna Dr. Fadli Lukman, MA keduanya dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Adapun kegiatan ini dilakukan di Convention Hall UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Acara ini pula merupakan serangkaian acara serupa dan UIN menjadi rangkaian pertama kegiatan penulis di Indonesia. Kegiatan ini dihadiri oleh mayarakat civitas akademika UIN Sunan Kalijaga khususnya Prodi Ilmu Hadis dan prodi lain.
Kelahiran buku tersebut adalah seiring dengan gagapnya warganet dalam menyaring informasi membuat media saat ini tidak terbebas dari penyebaran hoaks. Bukan karena warganet seorang yang dangkal ilmu, tetapi kurangnya melakukan tabayyun (mencari kejelasan tentang sesuatu hingga jelas benar keadaannya) sebelum menerima dan menyebarkan informasi jarang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Penyebaran informasi yang tidak benar sudah pasti akan berdampak buruk terhadap banyak hal, khususnya paradigma berpikir masyarakat. Menjamurnya penyakit masyarakat tersebut membuat Prof. Nadirsyah Hosen, LLM, M,A, Ph.D atau yang lebih akrab disapa Gus Nadir, menulis sebuah buku yang berjudul Saring Sebelum Sharing untuk merespon berita-berita hoaks yang sering menjangkiti warganet.
Buku yang ditulis oleh dosen Fakultas Hukum Monash University tersebut, rasanya sangat cocok hadir di era carut-marut dunia informasi. Buku itu berisi 70 artikel yang merespon hoaks yang tersebar dengan sumber rujukan yang akurat. Gus Nadir melakukan kunjungan keliling pertama di UIN Sunan Kalijaga dan bersedia untuk menerima kritik atas tulisannya dalam acara bedah buku yang diselenggarakan oleh Lembaga Studi Quran dan Hadis (LSQH).
Gus Nadir menyampaikan bahwa saat ini teladan Rasul dalam menyampaikan informasi khususnya di media sosial telah diabaikan seperti tabayyun, tidak ghibah, tidak mencari-cari kesalahan orang lain, dan sebagainya. Saat ini pengiriman hoaks tidak hanya dilakukan oleh orang-orang awam, tetapi juga oleh orang-orang alim serta berpendidikan. Pada zaman dahulu, segala informasi dikaji oleh para ulama dengan sangat teliti dan hati-hati, sangat berbeda dengan fenomena warganet saat ini. Sedikit sekali warganet yang sadar akan pentingnya kebenaran informasi, maka para peserta yang hadir dalam seminar tersebut termasuk ke dalam kelompok yang “waras”.
Sebagai kritikan terhadap buku itu, Bapak Fadhil Lukman, S.Th.I, M.Hum memberi kritik terhadap Gus Nadir bahwa beliau adalah seorang profesor yang turun gunung karena beliau semestinya dapat menulis dengan bahasa yang tinggi dengan sasaran akademisi kelas atas, tetapi beliau menurunkan standarnya tanpa menghilangkan bobot materi yang beliau sampaikan. Beliau pun dapat mengemas dengan bahasa yang ringan dan menarik sehingga buku bacaan ini dapat dipahami oleh semua lapisan masyarakat.
Dr. Ali Imron sedikit membagikan trik jitu dalam mengatasi berita hoaks yang beredar di media sosial, singkatnya ia menamai dengan “Hizib Anti Hoax”. Pertama, sebagai warganet yang cerdas, ia akan mengklarifikasi berita tersebut dengan metode komparasi dengan data yang lain atau memeriksa ulang berita yang sama di harian kabar atau sumber rujukan lain. Bila ditemukan ketidakcocokan yang sangat signifikan, maka bisa dipastikan bahwa berita tersebut adalah berita bohong atau hoaks.
Kedua, dosen Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini mengajak untuk mengecek foto atau gambar yang menyertai adanya berita hoaks tersebut. Masifnya dunia pengeditan saat ini membuka ide negatif bagi para editor untuk mengolah ulang gambar yang dijadikan sarana dalam menyampaikan teks berita. Beliau menganjurkan untuk menggunakan situs-situs website khusus untuk mengecek ulang gambar dan merekomendasikan aplikasi pemeriksa hoaks yang sekarang sudah mulai ada di playstore. Canggihnya teknologi saat ini semestinya dibarengi dengan kecerdasan para penggunanya. Setiap kesalahan informasi yang beredar adalah tanggung jawab warganet yang juga bertanggungjawab menjaga kewarasan bangsa ini. (Susan)