STAI-BA Purwoasri Kediri bersama Kaprodi ILHA dan IAT UIN Sunan Kalijaga

Kaprodi Ilmu Hadis sebagai Dosen Tamu di STAI-BA
Sabtu (23/02/2019). STAI Badrus Sholeh Kediri menjadi destinasi terakhir bagi rombongan dosen Prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir serta Ilmu Hadis UIN Sunan Kalijaga. Masing-masing Kaprodi, baik itu Kaprodi IAT, Dr. H. Abdul Mustaqim, M.Ag. dan Kaprodi Ilha, Dr. H. Muhammad Alfatih Suryadilaga, S.Ag. M.Ag. diundang sebagai pembicara dalam acara "Kuliah Tamu" yang mengusung tema "Manifestasi Nalar Qur'ani Dalam Mengembangkan Potensi Ilmiah Civitas Akademika Tinggi di Lingkungan Pesantren". Acara dibuka dengan bersama-sama menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya yang diiringi dengan senandung Mars dan himne dari STAI Badrus Sholeh.
Acara dilanjutkan dengan penyampaian sambutan-sambutan. Sambutan pertama disampaikan oleh Dr. Nyai Lilik Nurchalida Badrus, selaku ketua STAI Badrus Salam. Dalam sambutannya beliau sangat senang dan antusias dengan kehadiran kedua pembicara. Beliau sangat menginginkan agar kedua pembicara dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada para mahasiswa terkait dinamika perkembangan studi Al-Qur'an dan Hadis di perguruan tinggi, khususnya di STAI-BA Purwoasri Kediri ini.
Acara pun masuk pada bagian inti yakni penyampaian kuliah umum yang dimoderatori oleh Fikriono, yang merupakan salah satu dosen Fak. Ushuluddin STAI Badrus Sholeh. Setelah penyampaian curiculum vitae masing-masing pembicara, selanjutnya kesempatan pertama diberikan kepada Dr. Alfatih Suryadilaga untuk menyampaikan kuliah umum. Dalam penyampaiannya, Dr. H. Muhammad Alfatih Suryadilaga, S.Ag. M.Ag.memaparkan tentang dinamika pendidikan pesantren di Indonesia. Beliau juga menekankan akan pentingnya menguasai tradisi turats klasik demi mengembangkan nalar Qur'ani. Sehingga ketika bertemu dengan tradisi perguruan tinggi yang penuh teori dan metodologi, kedua tradisi itu bisa saling beralkulturasi. Dari sanalah akan lahir penelitian-penelitian ilmiah yang menghasilkan pemahaman agama yang sesuai dengan konteks bukan justru ingin memaksakan pemahaman tradisional dalam konteks yang modern. Beliau juga memberikan saran kepada STAI-BA agar menjadikan kajian manuskrip pesantren sebagai special scope bagi kajiannya akademisnya, sehingga menjadi pembeda dengan perguruan tinggi Islam lainnya.
Kesempatan kedua diberikan kepada Dr. Abdul Mustaqim. Beliau menyampaikan beberapa poin sebagai respon terhadap tema yang diangkat. Diantaranya tentang dinamika Tafsir Nusantara (Jawa khususnya) berdasarkan perspektif sosio-historis yang terbagi dalam tiga ranah yakni tafsir yang lahir dan berkembang di lingkungan Pesantren, tafsir yang lahir dan berkembang di lingkungan Keraton, Tafsir yang lahir dan berkembang di masyarakat umum (urban). Beliau juga banyak memaparkan penjelasan dalam tafsir Faidh al-Rahman karya Kyai Sholeh Darat al-Samarani sebagai representasi dari jenis tafsir yang berkembang di ranah Pesantren.
Setelah penyampaian seminar, acara berlanjut ke sesi tanya-jawab. setidaknya terdapat 3 mahasiswa dan mahasiswi yang mengajukan pertanyaan. Salah satu pertanyaan menarik yang disampaikan oleh mahasiswi berkenaan dengan asal muasal kemunculan adagium al-Qur'an sholih li kulli makan wa zaman. Acarapun ditutup setelah para pembicara menjawab semua pertanyaan yang diajukan dan disusul dengan pembagian sertifikat serta foto bersama. (AJK/MAS)