Otoritas Keagamaan dan Sanad Keilmuan tema Webinar Ketiga Fak. Ushuluddin dan Pemikiran Islam

Jum'at 26 Juni 2020, Fakultas Ushuluddin adakan webinar series yang ketiga. Kegiatan ini sudah berlangsung tiga minggu pelaksanaanya. Khusus edisi ketiga dihadiri 85 audien dari seluruh Indoneisa. Mereka itu dari IAIN Pekalongan, UIN Walisongo Semarang, IAIN Gorontalo, dan PTKI lainnya. Selain itu juga dihadiri mahasiswa S1, S2 dan sejumlah penerhati keilmuan.

Kegiatan dengan tema yang kontekstual ini membincang otoritas keilmuan antara medsos dan sanad keilmuan. Setidaknya ada epat narsum yang berbiacara sesuai keahlian masing-masing. Mereka itu adalah Drs. Muhammad Mansur, M.Ag. dosen tafsir Prodi IAT UIN Sunan Kalijaga. Beliau lebih mengutamakan model sanad keilmuan traidisional yang lebih dapat dipertanggungjawabkan dan mengandung keberkahan. Mereka yang belajar medsos sangat instan dan memiliki banyak kekurangan dalam memahami agama Islam. Hal tersebut dapat dilihat fenomena yang ada atas kelahiran ustaz youtuber dan lain-lain. Era ini bagi dosen nyentrik ini sering dikenal era kekacauan yang harus diwaspadai.

Selain itu dalam perspektif perempuan perspektif Sanad Keilmuan dan Medos malah sebaliknya. Perempuan memiliki kemampuan lebih baik dan maksimal di era medos dibanding secara tradisional. Hal tersebut disampaikan oleh Dr. Inayah Rohmaniyah, S.Ag. MA. M.Hum. dosen Sosiologi Agama dan sekaligus Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni. Atas hal tersebut ororitas perenpuan dalam era medsos semakin meningkat.

Dalam perspektif Filsafat disampaikan oleh Dr. Muhammad Taufik, M.Ag. dosen Prodi AFI UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Agama dalam pusaran sosmed dikaji dengan menarik dosen muda ini. Baginya, ustadz dan kiyai harus mengikuti perkembangan zaman dan jangan gagap teknologi. Artinya, model pendidikan tradisional harus berani menyesuaikan perkembangan zaman.

Tema lain yang menarik adalah dalam perspektif Agama oleh Ahmad Muttaqin, M.A. Ph.D. selaku Kaprodi Magister Studi Agama Fakultas Ushuddin dan Pemikiran Islam. Otoritas keagamaan Era Vuca menjadi konsentrasi kajian yang sangat menarik. Hal ini melahirkan otorias baru seperti muslim tanpa masjid, santri tanpa pesantren, belajar tanpa guru, bertasawuf tanpa mursyid dan bertuhan tanpa agama. Atas perubahan ini diharapkan masing-masing otoritas yang ada saling memperkuat guna memperbaiki kekuragan masing-masing. Era tradisional dapat memanfaatkan sosmed untuk memperkokoh keilmuan tradisionalnya.

Kegiatan di atas dilakukan dari pukul 14.00 sampai 16.30 dengan antusiasme audien yang beragam. Mereka sangat senang atas tema diskusi ini yang mampu mengkaji dalam beragam perspektif yang kaya akan pemaknaan dan dapat dijadikan pilihan di era kekinian. (MAS)