Hasil Evaluasi Akhir Studi Mahasiswa Prodi Ilmu Hadis Angkatan 2015 dan 2016

Prodi ilmu hadis UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2020 ini sudah memasuki usia yang ke lima tahun. Hal tersebut terlihat pada kali pertama prodi pecahan dari Jurusan Tafsir Hadis (TH) menjadi program studi Ilmu Hadis (Ilha) pada tahun 2015. Setidaknya mereka yang aktif dalam perkuliahan adalah angkatan 2019-2017. Selain itu angkatan, 2015 dan 2016 sudah masa akhir penulisan skripsi.

Prodi Ilha UIN Sunan Kalijaga sudah meluluskan 30 lulusan untuk angkatan 2015 dan angkatan 2016 sebanyak lima orang. Namun masih ada 11 mahasiwa angkatan 2016 yang lulus munaqasyah belum yudisium dan wisuda serta sementara angkatan 2015 sebayak seorang. Sementara tercatat dalam judul yang sudah seminar maupun proses sekitar 80 orang 10 di antaranya angkatan 2017 dan seorang darinya sudah seminar proposal.

Harapan ke depan lulusan semakin banyak dengan monitoring ini. Kecuali mereka mahasiswa yang menyisakan masalah serius dan perlu waktu yang tidak dapat dipercepat proses kelulusannya. Hal tersebut seperti masih menunggu KKN, kelulusan matakuliah, sertikat ICT, bahasa Arab dan Inggris.

Tugas akhir dalam sebuah studi S1 adalah mampu menghasilkan karya ilmiah yang dikenal dengan skripsi. Hal tersebut sering menjadi kendala di mahasiswa yang sudah tidak aktif di kampus. Mereka kurang memanfaatkan DPA dalam kegiatan perkuliahannya. Akibatnya penyelesaian skripsi terhambat kurang satu atau dua SKS. Waktu penyelesaian akan lebih lama jika matakiliah berasa di semester yang lebih jauh. Artinya jika saat ini semester genap maka matakuliah itu berada di semester gasal. Hal senada juga bagi mereka yang kurangnya adalah KKN. Apalagi KKN itu masih menyisakan SKS matakuliah sehingga untuk ikut KKN harus dengan semester antara atau pendek.

Fenomena di atas berlaku bagi mereka yang kurang aktif di kelas. Hal tersebut mengakibatkan nilai IPK rendah dan banyak ketidaklulusan matakuliah. Kenyataan tersebut bisa diperparah dengan tidak adanya persyaratan pokok dalam seminar proposal seperti belum mengikuti sospem dan OPAK. Keduanya syarat penting dalam semprop.

Momentum perkuliahan Semprof di semester aktif (enam) juga terkadang terlewatkan. Kegiatan kuliah yang bernilai 2 SKS kadang berlalu yanpa bekas. Padahal kuliah ini sangat mampu membantu dalam penyelesaian studinya.

Skripsi sudah selesai dikerjakan belum tentu dapat segera munaqasyah. Hal tersebut jika belum memiliki sertifikat TOEFL, IKLA dan IT. Banyak mahasiswa yang melalukan tes bahas Arab dan Inggris tersebut berkali-kali. Kenyataan tersebut menjadikan pentingnya lulus bahasa dan agar segera munaqasyah atau ujian skripsi.

Beragam persoalan di atas akan tidak hadir dan menjadikan persoalan manakala dilakukan setara bertahap dan mengikuti aturan yang ada. Kontrol akademik dan kualitas menjadi tanggung jawab mahasiswa juga bukan hanya dosen dan kaprodi atau sekprodi. Manfaatkanlah waktu yang baik dan konsultasi dengan DPA menjadi bagian keharusan.

Hal lain ditemukan adalah setelah seminar proposal belum bergerak menulis skripsi. kendala yang dihadapi adalah data. Data tidak bisa diunduh krn berbayar. Untuk tips data ini pastikan data dapat terambil dengan baik, benar, renyah dan cepat. Data seperti itu adalah data yang terjangkau dari biaya dan waktu sehingga persoalan data yang menjadi penting tidak terbengkalai yang akibatnya skripsi tidak selesai.

Problematika di atas adalah hasil monitoring yang diselenggarakan oleh Prodi Ilmu hadis. Seharusnya jumlah yang selesai seminar adalah 70 mahasiswa maka lulusannya harus sudah mencapai 60 orang. Namun data tersebut masih ditemukan yang belum bergerak mengerjakan padahal sudah tidak ada kelas lagi sejak smeester 7. Angkatan 2015 sudah tidak ada kelas sejak 2017 sampai 2020. Untuk itulah, monitoring ini harus menghasilkan yang terbaik yakni selesainya skripsi dengan ditandai munaqasyah secepatnya. (MAS)