Pensyarahan Yang Mencerahkan Sebuah Upaya Pemecah Masalah Kajian Hadis Era Kekinian dalam Kuliah Umum Ilmu Hadis UIN Sunan Kalijaga

Prodi Ilmu Hadis UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta membuka babak baru di tahun ajaran baru 2019/2020 dengan menyelenggarakan kuliah umum bertajuk “Pensyarahan Hadis yang Mencerahkan”. Kuliah umum ini dilaksanakan pada hari senin (9/9) pukul 08.30 hingga 12.00 WIB. Kaprodi Ilmu Hadis UIN Sunan Kalijaga, Dr. H. Muhammad Alfatih Suryadilaga, S.Ag., M.Ag., memberikan sambutan tentang pentingya tema ini dalam kehidupan kekinian terutama di era sosial media. Selain itu, acara ini juga dibuka oleh Dr. Ahmad Baidowi, M.Si. mewakili Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam yang memberikan ucapa selamat atas bergabungnya seluruh mahasiswa Ilmu Hadis ke fakultas yang telah melewati seleksi yang ketat dan mengharapkan diikuti setidaknya seluruh mahasiswa aktif Ilmu Hadis dalam mengikuti kegiatan seperti ini.
Kegiatan di atas dilaksanakan di Ruang Teatrikal Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam dengan dihadiri selurh mahasiswa baru Prodi Ilmu Hadis 2019/2020 dan beberapa mahsiswa dari angkatan sebelumnya baik semester lima maupun tiga. Hadir dalam memberikan ransum keilmuan dengan mengundang pakar hadis ternama seperti Dr. H. Hamim Ilyas, M.Ag., mantan Asdir Pascsarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Ahmad Dahlan Lc., M.A. Dosen Ilmu Hadis lulusan Universitas Madinah Saudi Arabia.
Dalam kesempatan diskusi tersebut, para narasumber turut menyampaikan argumentasi dan pandangannya terhadap perkembangan kajian Islam pada khususnya ilmu hadis di era sekarang. Dosen senior Fakultas Syariah & Hukum UIN Sunan Kalijaga, Hamim Ilyas, menuturkan bahwa judul dari kuliah umum ini pun amat penting pada hakikatnya, karena dewasa ini terjadi penyimpangan-penyimpangan yang masif di kalangan akademis maupun muballigh dalam melakukan pensyarahan atau dalam kata lain ‘tafsir’ terhadap teks hadis.
Dalam sesi tersebut, beliau menyampaikan salah satu contoh peristiwa peledakan bom yang terjadi pada tahun 2002 di Denpasar, Bali. Kejadian tersebut bukanlah terjadi secara instan, namun sudah terstruktur dari segi pola pikir dan organisasi. Gerakan yang menjadi bahu pijakan terhadap aksi terseebut berawal dari gerakan salafisme yang merupakan paduan antara aliran konservatif dan fundamentali, konsep tersebut bermuara pada ghirrah ‘salafi jihadi’. Hal itu disimpulkan dengan apik oleh beliau bahwa telah terjadi penafsiran yang tidak tepat terhadap teks-teks agama, utamanya hadis.
Alumni Universitas Madinah sekaligus narasumber kedua dalam forum tersebut, Ahmad Dahlan, turut menanggapinya. “Memang sekarang, kondisi keislaman sedang mengalami kondisi yang tidak baik”, ujarnya. Hal ini dikarenakan adanya asumsi kesalahan dalam memahami teks-teks agama, khususmya hadis. Beliau menyimpulkan bahwa tidak perlu merubah atau membuat teks yang baru, namun perlunya penafsiran sesuai konteks yang ada perlu digalakkan mulai dari sekarang. Hemat penulis dari adanya penafsiran atau kegiatan syarah hadis yang tepat, akan memunculkan nilai-nilai murni dari islam dan mendorong umat untuk beramaal sesuai dengan pemahamannya tersebut.
Setelah pemaparan dari narasumber, acara tersebut dilanjutkan dengan sharing sekaligus diskusi bersama antara narasumber dengan mahasiswa. Dan selanjutnya ditutup dengan pemberian hadiah bagi mahasiswa yang beruntung dan foto bersama dengan kaprodi Ilmu Hadis UIN Sunan Kalijaga. (PPP)